Konon pada masa dahulu kala, sejarahnyo datang dan atau turunlah urang balimo bersaudara , dari alam minang kabau.yaitu: dari pagaruyuang Sumatra barat dan dari situlah asal ninik moyang kami dulu , selanjutnya , perjalanan mereka tersebut yaitu : melalui koto ampalu ( minang ) melalui jalan bukit tanduak , terus meniti pematang punggung ladiang ( parang ) malintang, pamatang asau dan menuruni sungai muku , tarui mandaki ka bukik olang dan sampailah kehulu sungai lumbuang , ( anak sungai batang subayang ) lalu di hiliakan sungai lumbuang sampai ke kebun sungai npawuang lansung kesimpang sungai lumbuang. Melalui palipigh nan ampek . sampailah ke pangkalan serai. Singkat cerita teruslah perjalanan di hilirkan sungai subayang dan berhentilah di koto tuosampai di koto tuohabis haari berganti hari, minggu berganti minggu, berganti bulan, makanya di concang , batu di guliak, tupian alah di mandisiadat di isi limbago di tuang dan dihuni tempat ( koto tuo ) sekian lama nya mkaa bernamalah tempat tersebut sampai sekarang koto tuo singkat cerita habis tahun berganti tahun, banyak musibah yang datang . tidak kerumah cangkul sekin banyak nya orang yang meninggal, lalu dapat lah mufakat oleh pemimpin – pemimpin , pemuka adat di kampong itu.untuk meninggal kan koto tuo tsb, dan dapat lah kesepakatan pindah ke seberang yaitu koto tongah. Ola sampai pulo ka koto tongah, sudah di bikin pulak keputusan, iyo la di cincang laeh , di guliak batu , tupian ala di mandisi jadi sudah di humni pula la koto tongah. Habis tahun berganti tahun,di situ dek malang juga yang datang pula la musibah tak dapat masyarakat mandi di sungai, lantaran di sungai banayak ikan besar yang menyerang masyarakat,, kemudian berumbuk pula la para pemuka adat masa itu , maka dapat pula lah keputusan meninggal kan nagari koto tongah maka pindah la ke mudik, yaitu ranah koto baru, sesampai di negeri koto baru, lah di cancang laeh la diguliak batu tupian la di mandisi jadi sudah di huni pula lah koto baru, sudah berkembang masyarakat di situ, sudah sekian lama hidupdi situ dapat pula lah musibah masyarakat di serang oleg hama nyamukkarna lantaran tak nyaman laeh di situ makanya orang-orang tua yang ada di dalam nagari bermusyawarah pula lah, dengan tujuan mencari tempat yang aman untuk warga masyarakatnya nan jauh dari mala petaka, maka dapat la kesepakatan untuk meninggalkan koto baru yaitu pindah ke seberanag ( sabolah itan ) yaitu ke gajah bertalut. Kenapa di namakan dengan gajah bertalut ya dunsanak ? dek banamo yia . pada masa dahulu bertengkar gajah dan ular ( berkelahi gajah dengan ular ) disuatu tempat di negeri ini , yaitu ada suatu lughan ( parit ) di kapalo gajah bertalut itu hidup lah beringin nan rindang di sana . dan di huni lah beringin yang rindang itu oleh seekor ular yang sangat besar. konon kabar nya pada masa dahulu ada suatu kata – kata ntah bercanda atau appalah ceritanya salah satu masyarakat bertanam kelapa, di negeri terusan atau di desa terusan kini, jadi terancap lidah atau kata-kata orang yang menanam kelapa tersebut apalah katanya sampai nyo kelapa ini tumbuh sampai kepalah gajah di suruh la gajah datang ke kelapa tersebut , orang tersebut bekat dengan sombong yang menyampai kan kepada gajah tersebut, mudik atau datang lah gajah dari hilir, sesampainya di lughan atau parit di dekat kepala koto gajah bertalut tadi gajah yang hendak membuktikan kata – kata atau tanda-tanda orang yang menanam kelapa tersebut. Mendapat hadangan dari ular yang ada di beringin nan rindang dan besar tersebut , maka terjadi lah perkelahian yang sangat amat sengit gajah menghentak kebawah, ular menarik ke atas, sampai gajah berkuat sampai ke seberang sana, kemudian bersekuat pula ular yang di beringin tersebut maka sampai pula gajah tadi ke dekat beringin yang di huni oleh ular yang sangat besar dan begitulah seterusnya. Dan lama semakin lama, tidak ada yang mau mengalah maka sma-sam mati la ketiganya, beringin mati , ular mati, gajahpun mati , jadi gajah tersebut tak jadi sampai ke negeri terusan, maka asal bernama gajah bertalut yaitu gajah bergelut atau berkelahi jadi sampai sekarang bernamalah kenegerian gajah bertalut.
Pemimpin Adat : Pemangku adat pertama datuak laksimano boncar (1960). Yang kedua Datuak pucuak Nudin (1965). Yang ketiga Datuak Pucuak Marin (1970). Yang keempat datuak pucuk Jamaludin (1975). Yang kelima Datuak Pucuk Bota (1980). Yng keenam Datuak pucuak Mak isa (1985). Yang ketujuh Datuak Pucuk Bahar T (1990). Yang ke delapan Datuk Pucuk Badul Aziz (1995). Yang kesembilan Datuk Pucuk Tarmizi (2000). Yang kesepuluh Datuk Pucuk Adamrus |